Hingga jajak pendapat terakhir pekan ini, dukungan terbesar masih ditujukan kepada bekas menteri luar negeri yang populer di kalangan etnis minoritas, Abdullah Abdullah. Dua penantang lain yang berada di urutan selanjutnya adalah Qayyum Karzai-saudara kandung Hamid Karzai-serta Ashraf Ghani, bekas menteri keuangan dan pejabat Bank Dunia.
Tapi banyak yang menilai Sayyaf memiliki peluang sebagai kuda hitam. Yakni penantang yang tak diperhitungkan, tapi mampu meraup suara terbesar. Dalam pemilu presiden pada 5 April mendatang, sejumlah analis politik dan diplomat asing di Kabul memprediksi tidak akan ada kandidat yang menjadi pemenang mayoritas saat putaran pertama. Dalam kondisi yang cukup terpecah itu, Sayyaf dinilai memiliki kesempatan besar untuk mengalahkan kandidat lain.
Prediksi ini membuat muram negara-negara Barat yang selama ini menjadi donor utama pemerintah Afganistan. Pria berusia 68 tahun itu merupakan bekas komandan mujahidin melawan Uni Soviet. Ia pula yang mengundang Usamah bin Ladin turut bergabung dengan pejuang mujahidin Afganistan pada era 1990-an.
Ia juga dituding sebagai mentor
grosir sprei murah dalang serangan teror 11 September 2001 di Amerika Serikat, Khalid Sheikh Mohammed. Kelompok Abu Sayyaf asal Filipina selatan menggunakan namanya sebagai penghormatan.
"Bila Sayyaf menang, hubungan negara donor dengan Afganistan akan diuji karena negara-negara Barat tidak menyukai pendiriannya selama ini," kata Graeme Smith, analis Afganistan dari International Crisis Group yang berbasis di Brussel.
Toh, tak ada hal yang permanen selamanya. Termasuk pendirian Sayyaf. Menjelang pemilu mendatang, ia mulai memoles citranya menjadi lebih moderat. Sementara dulu ia dikenal sebagai ulama konservatif yang ingin menegakkan syariat Islam di Afganistan, kini Sayyaf mulai berbicara dengan agenda politik yang sama dengan kandidat moderat lainnya.
Dalam kampanye di hadapan sekitar 2.500 orang di Ibu Kota Kabul pada Kamis pekan lalu, Sayyaf menegaskan akan membuka pintu kerja sama dengan negara-negara asing, terutama para donor. Meski ia mengakui lebih senang melihat Afganistan mandiri, saat ini negara tersebut masih membutuhkan bantuan internasional. "Kita dalam situasi pelik. Kita jelas membutuhkan mereka," ujar ulama yang dididik di Mesir itu.
Kejutan besar juga ditunjukkan oleh pidatonya yang mendukung hak-hak perempuan Afganistan. Ia menyatakan akan membuka pintu pendidikan, lapangan kerja, dan dunia politik bagi perempuan. Bahkan ia menegaskan akan melarang pernikahan anak-anak jika terpilih sebagai Presiden Afganistan. "Kami akan membela harkat dan martabat perempuan," kata Sayyaf berjanji.
Janji-janji Sayyaf memperoleh dukungan banyak pihak, termasuk perempuan. Qudsia Sharifi, salah satu dari segelintir perempuan yang hadir dalam kampanye Sayyaf, berharap sang kandidat dapat membantu perjuangan perempuan dalam kondisi masyarakat patriarkal di Afganistan. "Saya gembira karena Sayyaf mau mendukung hak perempuan," tutur perempuan berusia 19 tahun itu.
Sedangkan kaum lelaki menilai Sayyaf sebagai orang terdidik dan dapat menegakkan stabilitas dengan syariat Islam. "Sayyaf mungkin menjadi satu-satunya kandidat dengan kapasitas religiositas terbesar di mata rakyat. Pengaruhnya pun sangat besar di masyarakat pedesaan," Graeme Smith mengungkapkan.REUTERS | WAShINGTON POST | AL-JAZEERA
Title
:
Kuda Hitam Calon Presiden Afganistan
Description
:
Hingga jajak pendapat terakhir pekan ini, dukungan terbesar masih ditujukan kepada bekas menteri luar negeri yang populer di kalangan etnis ...